PSIKOLOGI ANAK
Pengertian Psikologi Anak
Psikologi
anak adalah ilmu pengetahuan yang mencakup pertumbuhan dan perkembangan pada
seseorang, mulai dari lahir hingga remaja. Ilmu ini dapat menjelaskan perubahan
penting pada tahapan-tahapan pertumbuhan dan perkembangan anak hingga remaja.
Secara
umum, ilmu ini cenderung memetakan ke fisik, kognitif, perkembangan sosial,
hingga perkembangan emosional pada anak-anak. Psikologi ini juga mencakup cara
anak untuk belajar, berpikir, berinteraksi, dan mengatur emosinya.
Faktor yang Memengaruhi Psikologis Anak
Kebanyakan
orang berpikir jika faktor internal yang paling mempengaruhi anak untuk tumbuh
dan berkembang seperti genetika dan karakteristik pribadinya, namun faktor lingkungan juga berperan besar terhadap
hal tersebut, seperti:
(1)
Faktor Budaya
Budaya
dapat memengaruhi nilai, kebiasaan, asumsi bersama, dan bahkan cara hidup
seseorang. Hal ini juga berhubungan dengan jenis pendidikan dan pengasuhan yang
didapat.
(2)
Faktor Sosial
Hubungan
pertemanan dan orang-orang dewasa di sekitarnya dapat memengaruhi cara
berpikir, belajar, dan berkembang pada anak. Hal ini juga termasuk pergaulannya
di lingkungan sekitar dan lingkungan sekolah.
(3)
Faktor Sosial Ekonomi
Kelas
sosial juga dapat memengaruhi psikologi dan perkembangan anak. Sebab, masalah
ini dapat memengaruhi tingkat pendidikan seseorang, uang yang dimiliki, tempat
tinggal, dan banyak lagi.
Tahapan Perkembangan Psikologi Anak
Perkembangan
psikologi pada anak terbagi menjadi berbagai fase, yaitu:
1.
Anak Usia Dini
Periode
ini terjadi sejak masa bayi hingga masa kanak-kanak masa anak anak awal. Perkembangan psikologi anak terjadi
secara luar biasa, termasuk pada fisik, kognitif, dan emosionalnya. Orang
dewasa dapat membantu anak-anak untuk mencapai perkembangan dan pertumbuhan potensi dirinya.
2.
Masa Anak-Anak Tahap Menengah
Periode
perkembangan ini ditandai dengan kematangan fisik dan peningkatan pengaruh
sosial dari lingkungannya. Si Kecil mulai bersahabat, mendapatkan kompetensi, hingga
mengetahui keunikan dirinya. Bantuan dari Orang dewasa dapat membantu dalam mengatasi masalah terkait
sosial, emosional, dan mental dirinya.
3.
Masa Remaja
Pada
masa ini, anak-anak mengalami gejolak psikologis dan transisi pada pertumbuhan dan
perkembangan dirinya. Anak kerap menguji batas dan mengeksplorasi identitas
baru tentang diri sendiri dan ingin menjadi siapa. Dukungan dari orang dewasa
yang sehat akan dapat membuatnya mampu
melewati masa pubertas, lonjakan emosi, dan tekanan sosial.
Gangguan Psikologis yang Dapat Dialami Anak
Ada
berbagai macam jenis gangguan psikologis pada anak, antara lain:
- Gangguan
perkembangan pervasif.
- Gangguan
retardasi mental.
- Gangguan
belajar.
- Gangguan
komunikasi.
- Gangguan
pemusatan perhatian dan perilaku bermasalah.
- Kecemasan
dan depresi.
- Gangguan
bipolar
- Gangguan
proses auditori
- Gangguan
eliminasi.
Usia ideal anak masuk SD rata-rata adalah tujuh tahun.
Selain usia, aspek fisik, bahasa dan kognitif anak menjadi faktor kesiapan anak
untuk masuk sekolah."
Menurut
Permendikbud Nomor 51/2018 pasal 7, usia ideal calon peserta didik baru kelas 1
SD adalah tujuh tahun. Sebenarnya, anak masih boleh masuk SD di usia enam tahun
asalkan berjalan setelah tanggal 1 Juli.
Namun,
menurut psikolog, tolok ukur kesiapan anak masuk SD tidak dapat dilihat dari
usianya saja. Pasalnya, setiap anak memiliki tahap dan proses kematangan yang
berbeda. Ada anak yang sebenarnya sudah matang di usia lima tahun, sisanya baru
di usia enam sampai tujuh tahun.
Faktor Penentu Kesiapan Anak Masuk Sekolah
Menurut
Rose Mini dalam Webinar Direktorat Guru PAUD dan Dikmas Kemdikbud RI yang
dilakukan secara online, Selasa (8/3/22), anak yang
mendapatkan stimulasi terbaik umumnya lebih cepat siap untuk sekolah. Kenapa
usia tujuh tahun dianggap sudah siap? Sebab, angka ini diperoleh dari kesiapan
rata-rata. Rose Mini juga memaparkan sejumlah aspek kesiapan anak masuk sekolah, seperti:
- Aspek fisik
yang mencakup motorik kasar dan motorik halus.
- Bahasa,
misalnya anak sudah mampu mengenalkan dirinya, menjawab pertanyaan,
bernyanyi dan bercerita.
- Aspek
kognitif, contohnya anak sudah dapat membedakan warna, mengenal angka dan
mengelompokan benda-benda.
- Sosial
emosional, yakni anak sudah dapat berperilaku sesuai norma, menghargai
perbedaan, mampu tolong menolong dan bermain secara interaktif.
- Kemandirian,
misalnya anak sudah tidak terlalu bergantung dengan orang tua. Mereka
sudah lulus toilet training, dapat melakukan makan
sendiri dan mengenakan pakaian sendiri.
- Dapat
mengikuti rutinitas, contohnya makan di jam yang sudah ditentukan atau
bangun dan tidur di waktu yang rutin.
Persiapkan Ini Sebelum Si Kecil Masuk Sekolah
Jika
Si Kecil sudah termasuk siap untuk masuk ke sekolah dasar, berikut beberapa hal
yang perlu orang tua siapkan:
1. Berikan
gambaran tentang sekolah
Anak
umumnya khawatir, tegang dan ragu masuk sekolah karena belum mengenal
situasinya. Disini, orang tua dapat memberikan sedikit gambaran pada Si Kecil
tentang kegiatan di sekolah. Misalnya dengan menceritakan ruang kelas, kantin,
kegiatan belajar, dan bertemu dengan teman baru. Ceritakan dengan sederhana
supaya anak mudah memahaminya. Buat suasana lebih menyenangkan agar anak tidak
lagi merasa khawatir menghadapi hari pertamanya di sekolah.
2.
Dorong rasa percaya dirinya
Rasa
percaya diri adalah kunci agar Si Kecil mampu bersosialisasi dengan baik. Anda
dan ayah dapat mengajaknya bertemu orang banyak dan melakukan hal-hal seorang
diri, tanpa bantuan orang tua.
Contohnya
ajak Si Kecil ke supermarket, biarkan dirinya membawa belanjaan dan memberikan
kepada kasir.
3.
Tumbuhkan rasa peduli
Ajarkan
anak untuk lebih peka dan menunjukkan rasa peduli dalam kelompok sosialnya.
Orangtua dapat memulai dengan mengajak anak untuk berbagi atau memberikan
bantuan-bantuan kecil di lingkungan. Dengan melibatkan anak dan memberi mereka
tanggung jawab, dia akan merasa lebih dihargai dan memahami kebutuhan untuk
menunjukkan rasa hormat dan perhatian kepada orang lain.
4. Latih
emosinya
Orang
tua juga perlu melatih anak agar mampu mengontrol emosinya. Ini sangat penting
untuk membantu proses bersosialisasinya di sekolah. Misalnya, jika di rumah dia
terbiasa untuk merengek, menangis, atau bahkan membentak, beritahu kepadanya
bahwa hal itu sebaiknya tidak dilakukan di luar rumah. Sebuah penelitian
menyebut bahwa melatih emosi anak sejak dini dapat membawa perubahan yang baik.
Jika
punya pertanyaan lain seputar tumbuh kembang anak, hubungi psikolog melalui aplikasi Halodoc saja.
Psikolog ahli akan menjawab pertanyaan ayah dan Anda sekaligus memberikan
solusi terbaik. Download Halodoc sekarang juga!
Psikologi
remaja mengalami perkembangan pada aspek emosional maupun sosial.
Ia mulai mencari jati dirinya, dan tak jarang untuk memberontak sehingga harus
orangtua perhatikan. Remaja adalah masa transisi dari anak-anak menuju dewasa
yang terjadi pada usia 10-19 tahun.1 Sep 2022
Jadi, perubahan psikologis yang terjadi
pada masa remaja seperti tertarik pada lawan jenis, mudah
emosi, mulai mencari identitas diri, dan mampu mengungkapkan keinginannya
sendiri. Ketika memasuki masa remaja, seorang anak telah mengalami
masa pubertas sehingga dapat memengaruhi fisik dan psikologisnya.
Salah satu
perkembangan yang dialami oleh remaja adalah perkembangan psikologi. Memang
benar, selain perkembangan fisik dan bahasa, perkembangan yang mencakup emosi
dan sosial termasuk salah satu kunci tumbuh kembang seorang remaja. Lalu,
bagaimana perkembangan psikologi atau emosi remaja dari tahun ke tahun? Simak
penjelasannya berikut ini.
Perkembangan psikologi remaja
Dikutip
dari Healthy
Children,
masa remaja dikategorikan sebagai masa transisi yang dialami anak-anak untuk
mencapai usia dewasa. Pada fase ini, akan terjadi beberapa perubahan besar
selain perkembangan pada fisik.
Salah
satunya adalah perkembangan remaja yang mencakup sisi
psikologis dan dibagi menjadi dua kategori.
Kategori
tersebut merupakan sisi emosional juga sosial yang perlu diketahui orang tua
sebagai cara mendidik anak remaja.
Hal ini berhubungan
karena adanya perubahan hormon serta saraf sehingga remaja tidak hanya
berkembang secara kognitif.
Akan tetapi, juga
memikirkan identitas diri serta hubungan sosial di sekitar.
Dilihat dari sisi
psikologi, ada beberapa tahapan yang setidaknya perlu dicapai, di antaranya
adalah:
·
Terlihat
menonjol serta mengembangkan identitas diri.
·
Dapat
beradaptasi agar diterima di lingkungannya.
·
Mengembangkan
kompetensi sekaligus mencari jalan untuk mendapatkannya.
·
Berkomitmen
pada tujuan yang sudah dAndaat.
Berikut adalah
perkembangan psikologi yang dialami remaja seiring dengan pertambahan usia.
Perkembangan psikologi remaja 10 – 13
tahun
Apabila
dilihat dari fase perkembangan remaja, usia 10 hingga 13 tahun merupakan fase early karena ia
baru memasuki tahapan masa puber.
Maka dari itu,
orangtua juga perlu mempersiapkan diri karena ia akan mengalami perubahan
suasana hati serta perilaku yang berbeda dari biasanya.
Beberapa perkembangan
psikologi pada remaja di usia 10 hingga 13 tahun di antaranya adalah:
·
Masih
memperlihatkan kedekatan serta ketergantungan dengan orangtua.
·
Membuat
kelompok bersama teman-teman terdekat.
·
Mulai
mencari identitas diri dan memperlihatkan kemandirian.
Perkembangan
emosional
Pada
saat anak berusia 10 tahun, perkembangan
psikologi atau emosi remaja masih akan menunjukkan ketergantungannya pada
orangtua. Namun, kedekatannya dengan teman-teman sebaya akan semakin menguat.
Bahkan, tekanan dari
lingkungan pertemanan yang dirasakannya akan semakin besar. Begitu pula dengan
identitas dirinya dalam sebuah pertemanan.
Meski begitu, pada
usia ini anak masih akan menganggap orang dewasa memiliki kekuatan atau
kekuasaan yang lebih besar.
Hal ini membuatnya
masih akan mengikuti aturan dan prinsip yang ada di dalam rumah.
Namun, Anda mungkin
perlu mempersiapkan diri jika anak mulai mepertanyakan setiap aturan yang diberlakukan
di rumah.
Di saat yang
bersamaan, pada perkembangan psikologi atau emosi remaja usia 11 hingga 13
tahun, ia mulai peduli dengan penampilan serta tubuhnya.
Hal ini biasanya
terjadi karena perubahan alami yang dialami oleh tubuhnya.
Namun apabila
permasalahan ini tidak ditangani dengan baik, ada kemungkinan ia mengalami
masalah tertentu.
Jika
ia tidak suka dengan tubuhnya, misalnya ia merasa tubuhnya terlalu gemuk, ia dapat
saja melakukan diet sembarangan sehingga dapat berujung pada gangguan makan serta minder.
Pada perkembangan
emosi remaja di fase ini, anak juga semakin menekankan identitas dirinya. Ini dapat
dilihat melalui pakaian yang digunakan, musik yang didengarkan, film yang
ditonton, atau buku yang dibaca.
Apabila dilakukan
tanpa pengawasan, anak mungkin mulai berani mencontoh apa yang dilihatnya
berdasarkan rasa penasaran.
Berada di usia 12
hingga 13 tahun, Anda juga dapat melihat perkembangan psikologi atau emosi
remaja yang cukup signifikan.
Ini terlihat dari
perubahan mood yang semakin menjadi-jadi. Satu waktu merasa dapat menaklukkan
segalanya, di waktu lain anak merasa telah mengacaukan semuanya.
Perkembangan sosial
Pertemanan
yang menguat dAndaktikan dengan kesetiaan terhadap teman satu grup atau geng, sehingga
menjadi lebih solid.
Pada anak usia 10
tahun, perkembangan psikologi juga ditandai dengan sisi kompetitif yang
dimilikinya terhadap teman yang bukan termasuk di dalam perkumpulannya.
Di usia ini, anak
perempuan akan lebih suka bermain dengan anak perempuan, begitu pula dengan
anak laki-laki yang lebih nyaman bermain dengan anak laki-laki.
Akan tetapi, anak
akan mulai menunjukkan ketertarikan pada lawan jenis, meski belum terlalu
kentara.
Rasa ketertarikan
itu dapat jadi pertanda dari masa puber. Dengan begitu, anak juga berpotensi
mengalami perubahan suasana hati yang tak menentu.
Hal ini juga
didampingi dengan kepekaan terhadap bentuk tubuh dan penampilannya.
Semakin bertambah
usia, anak Anda akan lebih suka menghabiskan waktu bersama dengan teman
dibanding dengan keluarga. Hal ini juga termasuk ke dalam perkembangan
psikologi anak usia 11 tahun.
Berada di usia 12
hingga 13 tahun, perkembangan sosialnya pun juga dapat semakin terlihat ketika
jiwa kepemimpinan anak mulai terbentuk.
Sebagai orangtua,
cobalah untuk mendorong anak untuk lebih fokus dengan cara membantunya membuat
suatu keputusan dan mendukungnya untuk berpartisipasi di komunitas atau
kegiatan di sekolah.
Perkembangan psikologi remaja 14 – 17
tahun
Apabila
dibandingkan dengan perkembangan anak usia 10 tahun, Anda dapat melihat ada
perbedaan di perkembangan remaja fase middle
ini.
Secara umum, dapat
dikatakan bahwa perkembangan psikologi remaja terlihat karena mereka mulai
membangun identitas diri.
Tidak hanya itu
saja, di rentang usia ini remaja juga mulai memperlihatkan kemandirian agar
tidak terus bergantung pada orangtua.
Berikut beberapa
perkembangan psikologi atau emosi remaja di usia 14 hingga 17 tahun.
·
Memperlihatkan
kemandirian pada orangtua.
·
Menghabiskan
waktu yang lebih sedikit dengan orangtua.
·
Mulai
menunjukkan ketertarikan pada lawan jenis.
·
Mempunyai
kepedulian serta perhatian pada keluarga, teman, dan lawan jenis.
·
Perubahan
susasana hati yang tidak menentu.
Perkembangan
emosional
Pada perkembangan
anak usia 14 tahun, emosi remaja pun masih tergolong naik turun. Ia masih
mempunyai suasana hati yang mudah berubah sehingga ada kalanya orangtua
kewalahan dengan hal ini.
Di usia ini Anda
juga perlu mulai memberikan edukasi seks karena anak mulai memiliki
ketertarikan dengan teman lawan jenisnya.
Selain itu, di usia
ini pula anak akan mulai melakukan hal-hal yang berisiko, sehingga Anda wajib
mengajaknya berdiskusi mengenai hal-hal baru yang diketahuinya.
Sampaikan apa akibat
dari berbagai hal yang sudah atau hendak dilakukannya.
Seiring bertambahnya
usia, perkembangan psikologi atau emosi remaja juga mulai memperlihatkan
kepedulian.
Simpati dan empati
mulai terpupuk walau ada kalanya ia mempunyai sudut pandang berbeda.
Perhatikan apabila
ia memperlihatkan perubahan perilaku yang tidak sesuai dengan kebiasaan
sehari-hari.
Bukan tidak mungkin
apabila dalam perkembangan psikologi atau emosi remaja ia mengalami beberapa
gangguan.
Beberapa
masalah ini misalnya gangguan tidur, gangguan citra tubuh, krisis kepercayaan diri, sehingga berujung
terjadinya depresi pada remaja.
Walaupun waktu Anda
dengan anak menjadi lebih sedikit, tetap bangun komunikasi sehingga ia tidak
merasa kehilangan arah.
Perkembangan sosial
Sudah disinggung
sedikit di atas kalau pada fase ini anak mempunyai ikatan tersendiri dengan
teman sebaya atau bahkan teman terdekatnya.
Ada banyak kegiatan
yang dapat dilakukan terutama ketika ia mempunyai kesukaan yang sama.
Tidak hanya itu
saja, bukan hal aneh apabila remaja lebih nyaman membicarakan masalah pada
teman terdekatnya terlebih dahulu.
Hal ini pun
berlanjut sampai di perkembangan anak usia 17 tahun karena ia tetap menjaga
hubungan baik dengan sahabat.
Mungkin, hubungan orangtua
dengan anak akan bergeser karena ini.
Namun, ada baiknya
Anda tetap menjaga komunikasi agar hubungan tetap terjaga sehingga anak akan
tetap mencari orangtua ketika sangat dAndatuhkan.
Perkembangan psikologi remaja usia 18
tahun
Pada
usia ini, perkembangan remaja sudah mencapai fase terakhir, yaitu late. Biasanya,
sifat impulsif yang mereka punya menjadi lebih terkendali dibandingkan dengan
usia sebelumnya.
Maka dari itu, dapat
dikatakan bahwa perkembangan psikologi atau emosi remaja di usia ini sudah
lebih memikirkan risiko yang akan terjadi nantinya.
Berikut beberapa
perkembangan psikologi remaja usia 18 tahun, di antaranya:
·
Semakin
membuka diri untuk memperluas pertemanan.
·
Sudah
memikirkan masa depan dan tujuan hidup.
·
Mandiri
dan membuat keputusan untuk diri sendiri.
·
Mulai
tertarik dan serius dalam hubungan lawan jenis.
Perkembangan
emosional
Sebagai orangtua,
Anda perlu memahami apabila setiap anak mempunyai tahapan perkembangannya
masing-masing.
Begitu juga dengan
perkembangan psikologi atau emosi remaja di usia 18 tahun ini.
Ada kemungkinan ia
mulai sadar dan mengerti apa yang diinginkan. Apalagi, emosinya sudah
berangsur-angsur menjadi lebih stabil. Maka dari itu ia semakin yakin untuk
mempertahankan kemandirian sekaligus mencoba dunia baru yang sudah lama
diinginkan.
Perkembangan sosial
Kalau di tahapan
usia sebelumnya para remaja lebih suka menghabiskan waktu bersama teman
terdekat juga pacar, kini secara tidak sadar sudah mulai nyaman dengan
orangtua.
Hal ini karena
keterbukaan untuk menerima pendapat serta berkompromi dengan orang disekitar.
Tidak hanya itu
saja, Anda juga sudah seharusnya mempersiapkan diri karena ada kemungkinan
remaja mempunyai hubungan yang lebih serius dengan pacar.
Maka
dari itu, penting untuk membangun komunikasi serta memberikan pendidikan seksual sejak dini.
Penyebab remaja mulai memberontak
Pertengkaran
orangtua dengan anak dapat berujung pada keinginan kabur dari rumah karena ia
sedang berada dalam fase pemberontakan.
Ini juga hal yang dapat
terjadi pada perkembangan psikologi atau emosi remaja di usia 18 tahun atau
bahkan lebih muda.
Ada
kalanya ia percaya sudah tak ada lagi pemecahan masalah yang dapat dicapai
selain memberontak atau melakukan kenakalan remaja.
Beberapa penyebab
yang membuat perkembangan emosi remaja jadi memberontak, seperti:
1. Merasa tidak aman di rumah
Anak dapat saja
merasa bahwa situasi di rumah benar-benar menakutkan sehingga mengakibatkan
perkembangan psikologisnya terganggu.
Hal
ini dapat terjadi jika ia menjadi korban kekerasan anak, baik itu kekerasan
verbal, fisik, psikologis, atau seksual.
2. Masalah di sekolah atau lingkungan
pergaulan
Bila
terjadi bullying pada remaja di sekolah tapi
tidak ada sosok yang dapat membantunya, anak mungkin memilih untuk kabur.
Dengan begitu, anak dapat
membolos tanpa harus dipaksa ke sekolah oleh orangtua.
Hal lain yang
mengakibatkan psikologis remaja terganggu adalah ketika terlibat masalah
tertentu tapi ia tidak berani menganggung akibat atau hukumannya.
Maka, ia pun memilih
untuk memberontak seperti lari dari rumah daripada harus menerima konsekuensi.
3. Merasa tidak dihargai
Salah satu kasus
pemberontakan yang dapat mengganggu psikologi atau emosi remaja adalah anak
merasa cemburu dengan kakak atau adiknya.
Ia merasa kurang
dihargai dan berpikiran bahwa orangtua lebih menyayangi kakak atau adiknya.
Selain itu, anak dapat
merasa tidak dihargai karena orangtua memberikan hukuman yang sangat berat atas
kesalahannya.
Dalam kasus lainnya,
anak yang merasa tidak mendapat cukup perhatian dari orangtua juga mungkin
“menguji” kasih sayang orangtua dengan cara memberontak.
4. Tidak bijak menggunakan media
sosial
Media sosial adalah
tempat bagi sebagian besar remaja untuk mengekspresikan diri mereka, lewat
kata-kata maupun foto.
Di antara semua
jenis media sosial, instagram cukup mendapat banyak perhatian bagi anak remaja.
Melalui
instagram, ia dapat mengunggah hasil jepretan foto terbaiknya dan mendapat feedback, berupa like atau komentar.
Namun, tidak semua
mendapatkan efek positif sehingga memengaruhi perkembangan psikologi atau emosi
remaja.
Ada
juga yang sampai terobsesi dengan hasil selfie
sehingga berdampak buruk bagi kesehatan mental remaja.
Tips menghadapi kondisi emosi remaja
yang tidak menentu
Kesabaran setiap
orang memang ada batasnya. Namun, sebagai orangtua Anda merupakan peran penting
dalam kehidupan anak termasuk pada perkembangan psikologi atau emosi remaja.
Maka dari itu, tidak
ada salahnya untuk melakukan hal-hal di bawah ini untuk membangun hubungan
emosional orangtua dengan anak, seperti:
1. Menjaga komunikasi dengan anak
Walaupun tidak
semua, tetapi ada sebagian remaja yang cenderung acuh tak acuh terhadap
orangtua.
Kadang anak merasa
sudah cukup besar sehingga memperlihatkan sikap seperti tidak membutuhkan peran
Anda.
Namun, tetap jaga
komunikasi dengan cara apapun. Misalnya, menanyakan apa saja yang ia lakukan
dan bagaimana perasaannya di hari itu.
Lalu, Anda juga dapat
meluangkan waktu melakukan hal yang menyenangkan misal menonton film bersama.
Dengan begitu,
lama-lama ia tahu dan berpikir bahwa secuek apa pun ia, orangtuanya tetap
peduli padanya.
Menjaga komunikasi
dengan anak juga penting dilakukan untuk mencegah terjadinya depresi pada
remaja.
Anak jadi memiliki
orang yang selalu dapat diajak berkeluh kesah soal apa pun yang dialaminya.
2. Saling menghargai pendapat
Di masa remaja, ada
kalanya ia memiliki pandangan yang berbeda dengan Anda.
Jangan langsung
menarik urat, pasalnya semakin dewasa anak Anda, pemikirannya pun akan semakin
berkembang
Ketimbang berdebat
kusir, coba diskusikan dan cari solusi yang menguntungkan di kedua belah pihak.
Coba dengarkan
pandangan anak, begitu pun anak akan mendengarkan apa yang Anda pikirkan.
Saling mendengarkan
dan menghargai pendapat akan membuat ikatan anak dan orangtua menjadi semakin
erat.
3. Melibatkan anak dalam membuat peraturan
Saat hendak membuat
peraturan tertentu di rumah, libatkan anak dalam diskusi.
Hal ini dimaksudkan
agar anak dapat bertanggung jawab dan menaati kesepakatan yang telah dAndaat.
Berikan anak
pemahaman bahwa peraturan yang adil dAndaat agar ia juga mempunyai kendali pada
diri sendiri sekaligus belajar bertanggung jawab.
Masa remaja
adalah masa-masa pencarian jati diri. Pada masa ini berbagai problematika
remaja mulai bermunculan. Hal ini kebanyakan terjadi karena dalam fase ini
remaja sering dipenuhi dengan kebingungan. Contoh masalah remaja yang sering
muncul pada fase ini harus menjadi perhatian orang tua. Masalah mulai dari hal
kecil atau sepele hingga masalah yang berdampak pada kesehatan mentalnya
membutuhkan kehadiran orang tua untuk memberikan bimbingan dan pengasuhan.
Oleh karena
hal tersebut di atas, orang tua perlu mengetahui masalah remaja yang mungkin
sedang dialami oleh anaknya. Dengan demikian, Ayah Bunda Pintar siap sedia
membantu anak-anak tercinta melewati permasalahan yang sedang
dihadapinya.
Contoh Masalah Pada Remaja
Foto oleh Hannah Nelson dari Pexels
Berikut
adalah permasalahan pribadi remaja yang harus Ayah Bunda Pintar pahami:
1. Penampilan
Hal-hal yang
terjadi di masa remaja dan berpotensi menimbulkan permasalahan adalah perubahan
penampilan. Di masa di mana mereka sudah mulai memperhatikan penampilannya dan
mulai tertarik dengan lawan jenis, membuat mereka ingin selalu tampil sempurna.
Nah, pada masa puber di mana perubahan hormon terjadi, membuat perubahan pada
tubuh anak-anak remaja seperti munculnya berjerawat, perubahan bentuk pada
beberapa bagian tubuh, dan lain sebagainya.
Masalah
penampilan lainnya yang kerap muncul adalah masalah bentuk tubuh yang terlalu
gemuk atau obesitas. Hal ini menyebabkan anak merasa rendah diri. Untuk membuat
penampilanya seperti yang diinginkan mereka berusaha menjalankan diet. Jika
tidak didampingi dengan baik, potensi anak mengalami gangguan pola makan atau
eating disorder seperti bulimia atau anoreksia sangat rentan terjadi.
2. Akademis
Permasalahan
remaja di Indonesia yang klasik dan sering sekali terjadi adalah masalah
akademis. Sering kali kasus anak remaja mengalami kesulitan untuk mengikuti
pelajaran sehingga sering mendapat nilai jelek, prestasi menurun, tidak betah
di sekolah, hingga melakukan bolos sekolah. Hal ini juga diperparah dengan
tekanan dari orangtua yang menuntut anak-anaknya untuk berprestasi. Jika tidak
dicarikan solusi yang tepat, hal ini dapat memicu terjadinya ketidakharmonisan
antara anak dan orang tua dan membuat anak semakin terpuruk.
3. Depresi
Masalah anak
muda yang menjadi salah satu masalah terbesar yang dihadapi remaja adalah
depresi. Sebuah analisis yang diadakan oleh Pew Research Centre menunjukkan
bahwa tingkat depresi di kalangan remaja mengalami peningkatan dari dekade
sebelumnya. Sumber dari depresi pada remaja biasanya bersumber pada tekanan
untuk mendapat nilai bagus, masalah dalam keluarga, atau ketidakbahagiaan
dengan kehidupan yang dimiliki. Hal ini perlu mendapat perhatian baik orang tua
maupun orang sekitar anak remaja seperti guru dan teman-temannya karena jika
dibiarkan dapat berakibat fatal seperti menyakiti diri sendiri bahkan sampai
bunuh diri.
4. Komunikasi dengan Orang Terdekat
Masalah
sosial remaja sering terjadi dikarenakan perasaannya yang lebih sensitif dan
labil. Masalah komunikasi yang dialami oleh remaja misalnya masalah dengan
orang tua, saudara, atau teman-temannya. Sebagai contoh anak tidak terima dan
melawan ketika dinasehati karena merasa nasehat yang diberikan sebagai bentuk
menyalahkan atau menyudutkan. Contoh lainnya antara lain ketidaksepahaman
dengan teman-temannya.
5. Bullying atau perundungan
Contoh
masalah yang dihadapi generasi muda saat ini adalah perundungan atau
bullying. Masalah pada remaja yang satu ini sedang marak terjadi. Bentuk
perundungan yang dialami anak remaja antara lain ejekan, intimidasi, ancaman,
hingga kekerasan dari para pelaku bullying. Bullying atau perundungan dapat
saja terjadi baik di lingkungan tempat tinggal anak ataupun di sekolah. Bahkan
di masa serba digital seperti saat ini perundungan juga sering terjadi di dunia
maya. Hal ini tentu saja akan membuat anak remaja merasa tertekan, stres, atau
bahkan depresi.
6. Percintaan
Masalah
percintaan menjadi salah satu masalah yang dihadapi remaja. Ditolak cintanya
atau dilarang untuk menjalin hubungan dengan lawan jenis adalah contoh masalah
yang mungkin dihadapi remaja sehingga dapat mengganggu aspek kehidupan lainnya
seperti pendidikan dan sosial. Masalah percintaan ini juga berkaitan dengan
masalah seks. Oleh karena itu sex education dan pendampingan sangat diperlukan
sehingga anak remaja tidak terjerumus dalam pergaulan bebas yang tentu saja
akan sangat merugikan mereka.
7. Kecanduan Gadget
Anak remaja
yang hidup pada zaman seperti sekarang ini sangat akrab dengan yang namanya
gadget. Melihat anak yang selalu memegang gawai terlihat biasa-biasa saja, akan
tetapi orang tua perlu waspada jangan sampai anak mengalami kecanduan.
Kecanduan gawai atau gadget dapat mengurangi aktivitas fisik anak, interaksi
dengan lingkungan sekitar, atau bahkan dapat menurunkan prestasi akademik di
sekolahnya.
8. Rokok, Minuman Keras, dan Obat-Obatan Terlarang
Masa remaja,
saat anak melakukan pencarian jati diri membuat anak mudah sekali terpengaruh
dan mencoba hal-hal baru. Apa yang dilihat dari lingkungan pergaulannya dan
menurut mereka keren tentu saja ingin dicobanya. Pada masa ini orang tua sangat
perlu untuk memperhatikan pergaulan anak. Masalah yang sering muncul karena
salah pergaulan antara lain merokok, minuman beralkohol, atau bahkan
penyalahgunaan obat terlarang.
Apa Tindakan yang Harus Dilakukan Orang tua?
Foto oleh August de Richelieudari Pexels
Setelah
memahami berbagai permasalahan yang muncul pada anak remaja, orang tua harus
berusaha menyelami dunia anak remaja supaya mampu memberikan solusi yang tepat.
Ada beberapa hal yang dapat Ayah Bunda Pintar lakukan untuk membantu anak
melewati segala permasalahan yang dialaminya di masa remaja, seperti berikut
ini:
1. Jaga Komunikasi
Ayah Bunda
Pintar harus melakukan komunikasi yang intens dengan anak. Komunikasi tidak
hanya berlangsung jika ada permasalahan saja. Lakukan komunikasi dengan anak
setiap hari. Bicarakan hal-hal kecil atau apa yang mereka sukai. Dengan
demikian mereka merasa ada orang tua yang selalu ada buat mereka sehingga tidak
perlu pelampiasan di luar rumah.
2. Memberikan rasa Aman dan Perasaan dicintai.
Anak remaja
yang mendapatkan cukup kasih sayang cenderung tidak akan neko-neko untuk
mencari perhatian. Rasa aman yang dibangun di rumah membuat anak tidak sungkan
untuk menyampaikan apapun termasuk masalah yang dihadapi. Dengan demikian,
segala permasalahan yang dihadapi dapat dibantu dan didampingi hingga
permasalahan tersebut selesai.
3. Berikan Kepercayaan
Anak remaja
yang merasa dipercaya terlihat memiliki rasa tanggung jawab dan percaya yang
tinggi jika dibandingkan dengan anak yang merasa tidak dipercaya oleh orang
tuanya. Hal ini bukan berarti orang tua melepaskan pengawasan terhadap anaknya.
Pengawasan tetap perlu dilakukan dengan cara-cara yang tidak membuat anak
terluka atau merasa tidak dipercaya.
4. Tidak Mudah Menghakimi
Penghakiman
atas apa yang dialami anak remaja sering membuat anak memberontak atau berulah
sehingga membuat orang tua kesal. Ketika anak remaja melakukan kesalahan,
tanyakan baik-baik mengapa hal tersebut terjadi dan bagaimana anak akan
mengatasi hal tersebut. Jika memang harus ditegur, berikan teguran yang tepat
yang tidak membuat anak sakit hati tetapi menyadari kesalahan yang
dilakukannya.
5. Menjadi Pendengar yang Baik
Saat
mengalami hal yang tidak menyenangkan, anak membutuhkan tempat untuk
menumpahkan kekesalannya. Demikian juga sebaliknya, jika anak mengalami hal
yang menyenangkan seperti mencapai prestasi tertentu, mereka juga butuh untuk
mendapatkan apresiasi. Pada saat seperti itu, hadirlah secara utuh dan
dengarkan apa yang mereka sampaikan dengan baik. Jangan mendengarkan sambil
melakukan hal lain sehingga membuat anak merasa diabaikan. Dengan menjadi
pendengar yang baik, akan memberikan pesan positif pada anak remaja bahwa
mereka mendapat dukungan sepenuhnya dari orang tua.
6. Quality Time
Orang tua
memang memiliki kewajiban untuk mencari nafkah dan memenuhi kebutuhan anak.
Akan tetapi jangan sampai hal ini menjadikan orang tua lupa bahwa anak tidak
hanya membutuhkan materi saja. Anak juga membutuhkan perhatian dari orang
tuanya. Oleh karena itu saat selesai bekerja atau di akhir pekan selalu
sempatkan untuk melakukan hal yang menyenangkan bersama anak remaja, seperti
travelling, makan, membaca buku, atau berolahraga bersama.
7. Temui Psikolog atau Psikiater Jika Perlu
Jika orang
tua merasa kewalahan dan melihat permasalahan anak sudah mulai mempengaruhi
kesehatan mental anak, jangan ragu-ragu untuk meminta bantuan psikolog atau
psikiater untuk mengatasinya. Dengan demikian, anak remaja akan mendapatkan
tindakan atau perawatan yang tepat.
Demikianlah
Ayah Bunda Pintar serba-serbi permasalahan yang sering dialami anak remaja dan
bagaimana orang tua harus menanganinya. Jangan sampai lengah ya Ayah Bunda
Pintar, pengawasan dan pendampingan pada anak yang beranjak remaja sangat
penting sehingga tidak mempengaruhi aspek kehidupan anak lainnya.
PSIKOLOG REMAJA PROBLEMATIKA REMAJA PERMASALAHAN REMAJA PENDAMPINGAN ANAK REMAJA MASALAH PADA REMAJA
Artikel Terkait
Belajar dari Rumah Menjadi Mudah dengan 4 Tips Berikut
ini
Teknik Manajemen Kelas yang Efektif
Cara Mengajar Efektif Pada Pembelajaran Offline
Terbatas
S