Kecerdasan Emosi
Mungkin terdengar sepele, tapi nyatanya kecerdasan emosi ini akan berpengaruh pada kehidupan anak secara pribadi, bermasyarakat, dan pekerjaan. Sangat penting bagi setiap orang tua untuk dapat memahami bagaimana cara mengembangkan kecerdasan emosional buah hatinya sedini mungkin sebagai bentuk dukungan untuk proses tumbuh kembangnya. Orang tua sudah dapat memulainya sejak si Kecil berusia 4 hingga 6 tahun. Lalu, bagaimana cara mengembangkannya? Ada beberapa tips yang mungkin dapat dicoba,
1.
Kenali Emosi Diri
Kita mengenal adanya berbagai jenis emosi,
seperti marah, senang, kecewa, sedih, dan sebagainya. Jenis-jenis emosi tersebut harus dikenalkan kepada anak mulai
ia berusia 2 tahun . Misalnya saja saat anak menangis, Anda dapat bertanya
seperti ini, “Adik marah ya? Kenapa? Apa karena Mama tidak mengajak Adik ke
Pasar?”.
Pertanyaan yang sejenis juga dapat Anda
tanyakan saat ia merasa senang atau sedih. Jelaskan perasaannya saat itu dan
berikan alasan mengapa ia merasakannya. Saat ia sering mendengar pengenalan
emosi tersebut, maka ia akan belajar jenis emosi apa yang sedang ia alami.
Berikan anak waktu untuk meluapkan emosinya. Ingat, jangan ditahan! Sebab saat
emosi anak tertahan, maka ia akan terus memendamnya dan suatu saat dapat “meledak”
saat sudah tidak dapat dipendam. Itulah mengapa ada orang yang sulit untuk
mengendalikan emosinya, karena sejak kecil ia tidak dibiasakan untuk meluapkan
emosinya dengan benar.
2.
Ajari Anak untuk Mengendalikan Emosi
Pernahkah Anda melihat ada anak yang sulit untuk
dikendalikan saat sedang marah? Kondisi ini dapat bertambah parah jika orang
tuanya tidak mengajari si anak untuk mengendalikan emosinya. Anak sesungguhnya
sudah mampu untuk mengungkapkan apa yang ia inginkan dan cenderung berkemauan
kuat untuk dapat mendapatkan keinginannya mulai ia berusia 2 tahun. Semakin
bertambahnya usia, keinginannya pun semakin bertambah.
Di sinilah peran orang tua untuk mengajari anak
bahwa tidak semua keinginannya dapat terpenuhi dalam waktu singkat. Mereka
harus belajar bersabar untuk mendapatkan sesuatu. Saat anak merengek, menangis,
bahkan berteriak, maka orang tua harus tetap berpegang teguh untuk menolak
dengan cara yang halus. Biarkan ia meluapkan emosinya lebih dulu dan tunggu
hingga anak merasa tenang kemudian ajak ia berbicara dan jelaskan mengapa Anda
tidak dapat memenuhi keinginannya. Cara ini akan membantu anak mendapatkan
kecerdasan emosional yang baik.
3.
Ajak Anak untuk Mendeskripsikan Perasaannya
Sangat penting bagi orang tua untuk memiliki
ikatan emosional dengan buah hatinya. Jika ada kedekatan yang terjalin, maka
anak akan merasa terbuka untuk bercerita tentang apapun kepada orang tuanya dan
tidak mencari pelarian di tempat lain. Untuk itu, ajaklah anak untuk
menggambarkan perasaan yang dialaminya secara rutin, misalnya setiap seminggu.
Karena di usia ini anak masih belum lancar
untuk menggambarkan sesuatu, maka Anda dapat menggunakan lambang warna.
Misalnya warna merah untuk marah, hijau untuk senang, biru untuk sedih, dan
sebagainya. Diskusikan hal ini setiap hari dengan si Kecil dan tempelkan
warna-warnanya pada sebuah Papan Perasaan yang khusus Anda buat untuknya. Saat
ia sudah mulai memahami, Anda dapat menyuruhnya untuk mengganti sendiri warna
yang sedang melambangkan perasaannya saat itu.
4.
Berikan Motivasi
Mengajarkan kemandirian sambil memberikan
motivasi juga sangat penting untuk membentuk kecerdasan emosional anak. Anak
yang terlalu dibantu justru akan sulit untuk memecahkan masalah saat ia sudah
dewasa, sehingga ia akan sulit untuk meraih kesuksesan. Contohnya saja saat
anak sedang mengerjakan sesuatu dan ia mengalami kesulitan, jangan langsung
menolongnya. Namun amati sambil berikan motivasi agar anak merasa bersemangat
untuk mencoba hingga berhasil. Cara ini akan membantu anak untuk percaya pada
kemampuannya sendiri, bahwa ia dapat dan Anda akan selalu ada untuk
mendukungnya.
5.
Ajari Anak untuk Belajar Bertanggung Jawab
Selain mengajarinya kemandirian, penting juga
untuk mengajari anak bertanggung jawab. Di usia 4-6 tahun, mulailah dari
hal-hal sederhana dulu, seperti membereskan mainannya atau meletakkan pakaian
kotor pada keranjang cucian. Jika ia dilatih untuk bertanggung jawab pada
dirinya sejak dini, maka ia akan terbiasa untuk melakukannya saat sudah dewasa.
Anak juga cenderung dapat menjaga dirinya dengan baik dan akan terhindar dari
hal-hal yang negatif. Saat anak melakukan kesalahan, tak perlu untuk
menyalahkannya tapi berikan dukungan untuk belajar lebih baik lagi.
6.
Ajari Anak untuk Berempati
Tidak hanya mengenali emosi pada diri sendiri,
anak juga perlu mengenali emosi orang lain atau istilahnya berempati. Contohnya
saja saat ada anak Anda merebut mainan milik temannya, maka temannya pun marah.
Di sini Anda dapat mengatakan, “Lihat temanmu marah saat mainannya kamu rebut.
Tidak boleh merebut mainan. Kalau ingin pinjam harus minta izin dulu.”. Cara
lainnya adalah dengan memperhatikan kebiasaan orang lain atau menunjukkan
beragam emosi melalui media flash
card, video, dan sebagainya.
7.
Bantu Anak untuk Bersosialisasi
Setelah mampu untuk berempati, maka anak akan
mencoba untuk bersosialisasi dan membangun hubungan baik dengan anak lain.
Selain itu di usia ini anak sudah mulai memiliki keinginan untuk bermain dengan
teman sebayanya. Untuk itu sebaiknya Anda tidak memberikan batasan lingkungan
bermain si Kecil, tapi dampingi ia untuk menjalin pertemanan dengan anak lain.
Terlebih saat berada di lingkungan baru, sangat wajar bila anak masih merasa
malu dan takut untuk berbaur.
Anda juga dapat mengadakan play date bersama saudara
atau teman yang memiliki anak seusia si Kecil. Saat mendampingi anak, bantulah
ia untuk menilai mana yang benar dan salah. Tegur saat ia melakukan kesalahan
dan pujilah saat ia melakukan hal yang benar.
Mengembangkan kecerdasan emosional anak sejak
dini perlu dilakukan secara terus-menerus. Penanaman dan dukungan dari Orang
tua akan sangat berdampak pada sisi psikologis anak dan hubungannya dengan
orang lain. Selain itu jangan lupa untuk mendukung tumbuh kembangnya dengan
memberikan makanan yang halal dan bernutrisi.