Cara Mengendalikan Emosi Saat Mendisiplinkan Anak
Bagaimana cara mengendalikan emosi pada anak ketika ia
berbuat ulah? Hal ini tentu menjadi tantangan tersendiri bagi setiap orang tua.
Agar hubungan emosi Orang tua dengan si kecil tetap terjaga, mari kita simak tips-tips berikut ini!
Kenapa orangtua banyak yang tidak bisa menahan emosi pada anak?
Ada beberapa alasan mengapa orang tua tidak bisa menahan emosi pada anaknya yaitu sebagai berikut.
Orang tua marah biasanya karena takut terhadap
sesuatu hal yang buruk menimpa anaknya. Ya, rasa takut dapat membuat orangtua spontan
berteriak atau bahkan memukul anak.
Sebagai
contoh ketika anak bermain di tempat yang berbahaya seperti dekat peralatan
listrik, di kolam yang dalam dan sebagainya.
Marah
itu biasanya refleks terjadi terutama jika anak tidak mengindahkan teguran dan
peringatan orang tua.
2.
Pengaruh stres
Selain karena takut, kondisi yang sedang
banyak pikiran atau stres berat juga bisa
menyebabkan orang tua melampiaskan kekesalan kepada anak.
Terutama jika saat itu anak sedang berbuat
ulah atau kesalahan. Meskipun kesalahan tersebut sebenarnya sepele, tetapi ibu
malah memarahi anak.
Jika membiarkan hal ini terus terjadi, anak
akan bingung mana yang diperbolehkan orangtua dan mana yang akan dilarang.
Sering kali saat Anda marah kepada anak,
masalahnya sebenarnya sepele. Maka, tetapkan dulu batasan-batasan perilaku mana
yang perlu ditindak tegas dan mana yang masih bisa dibicarakan baik-baik.
Ingat, tidak semua kenakalan anak harus direspon
dengan cara memarahi atau menghukum anak. Dengan begitu, Anda pun akan lebih
tenang dalam menghadapi ulah si kecil.
Cara mengendalikan emosi pada anak yang
pertama adalah pilihlah kesalahan anak yang penting-penting saja, seperti jika
ia bersikap buruk dengan orang lain.
Sementara untuk kesalahan sepele seperti menaruh
jaket di lantai sebaiknya tidak perlu disikapi dengan marah.
2. Jika ingin marah, segera tenangkan diri
Saat mendapati ulah si kecil yang
menjengkelkan, Anda mungkin jadi naik pitam dan akhirnya berteriak atau
membentak. Hindarilah luapan emosi ini dengan menenangkan diri dan membuat
perasaan serileks mungkin.
Salah satu cara mengendalikan emosi pada anak
yang paling efektif adalah dengan menarik napas sedalam mungkin. Kemudian
embuskan dan ulangi beberapa kali sampai emosi Anda stabil.
Kedua, Anda bisa pergi menjauh dulu dari si
kecil, misalnya ke kamar. Jika sudah merasa lebih tenang, barulah mengajak anak
berbicara dan memberikan arahan untuk tidak mengulangi perilakunya lagi secara
tegas.
3. Cobalah menghitung
Selain memberikan penegasan pada anak,
menghitung satu sampai sekian bisa menjadi cara mengendalikan emosi pada anak.
Sebagai contoh, “Rapikan mainanmu sekarang.
Ibu hitung sampai sepuluh. Kalau sampai sepuluh belum rapi, kamu tidak boleh
pakai mainan ini lagi. Satu… dua….”
Nah, jika si kecil masih belum mematuhi
perintah Anda, coba untuk memberi peringatan lagi dengan sikap yang tegas tanpa
meneriaki atau membentak apalagi memukul anak.
4. Hindari memukul
Cara mengendalikan emosi pada anak selanjutnya
adalah hindari memukul ataupun hukuman fisik lainnya apapun yang terjadi.
Memukul akan mengajarkan anak-anak bahwa
menyakiti orang lain itu diperbolehkan. Hal ini dapat menyebabkan mereka
percaya bahwa cara memecahkan masalah adalah dengan menggunakan kekerasan.
Selain itu, memukul anak tidak akan
membuat Anda merasa lebih baik. Bukannya lega, Anda justru akan dihantui rasa
bersalah dan emosi negatif lainnya.
Terlebih lagi, kekerasan bisa membuat anak
kehilangan kepercayaan pada orangtua sehingga ia justru akan bertingkah lebih
nakal.
Menurut Journal of Psychopathology, 8
dari 10 remaja menyatakan bahwa ia pernah dipukul atau ditampar oleh orang
tuanya dan hal itu meninggalkan efek negatif dalam dirinya.
5. Coba kendalikan cara bicara
Semakin tenang berbicara, semakin mudah juga
Anda menenangkan perasaan dan menahan emosi. Sebaliknya, kata makian atau
bentakan akan membuat amarah akan semakin naik
Oleh karena itu, cara mengendalikan emosi pada
anak yang efektif adalah kendalikan cara bicara Orang tua sebisa mungkin.
Semakin sering dilatih, orang tua dapat
menguasai diri dan membuat anak mengerti bahwa perilakunya salah.
Stanford
Children Health menyarankan untuk gunakan kata “saya” daripada kata “kamu” saat
sedang marah. Contohnya, “Mama jengkel kalau kamu melakukan ini karena…”, bukan
“Kamu bikin Mama jadi stres.”
6. Hindari berkata kasar
Stanford Children Health menyebutkan bahwa
berkata kasar pada anak juga merupakan bentuk penganiayaan kepada anak. Bahkan,
hal tersebut ternyata dapat membekas lama dalam ingatan anak.
Oleh karena itu, jika sedang marah, cara
mengendalikan emosi pada anak yang perlu orang tua lakukan adalah memilih
kata-kata yang baik dan positif.
Perkataan yang baik dapat membuat anak sadar
akan kesalahannya, sedangkan perkataan kasar hanya akan menyakiti hatinya dan
membuatnya trauma.
7. Hindari mengancam dengan hal yang mustahil
Dikarenakan terbawa emosi, Anda mungkin memberikan
ancaman yang tidak mungkin, seperti “Mama akan potong tanganmu kalau kamu
pecahkan gelas lagi!”
Padahal pada kenyataannya, Anda tidak mungkin
memotong tangan anak sendiri, bukan?
Ancaman yang mustahil ini dapat menggugurkan
kepercayaan anak. Bahkan ia akan menganggap marah orang tua tidak berarti
apa-apa sehingga tidak menimbulkan efek jera.
Selain itu, hindarilah ancaman yang berbau
kekerasan. Hal itu secara tidak langsung menjadi contoh bagi anak. Jangan
sampai dia mengira bahwa boleh-boleh saja memotong tangan orang lain saat
sedang marah.
8. Tundalah berbuat sesuatu saat sedang marah
Saat sedang marah, tanyakan pada diri apa yang
membuat orang tua menjadi marah.
Tundalah berbuat apapun sampai amarah mereda.
Marah tidak akan berefek apa-apa jika masih
tersimpan dalam diri kita. Ini baru akan berdampak jika orang tua bertindak
sesuatu.
Pada kebanyakan kasus, orang menyesali
perbuatannya akibat terbawa emosi hingga melakukan kekerasan pada anak.
Oleh karena itu, sebisa mungkin terapkan cara
mengendalikan emosi pada anak agar tidak ada penyesalan dikemudian.